Senin, 29 Oktober 2012

Riwayat Shirdi Sai Baba


RIWAYAT SHIRDI SAI BABA

            Kisah ini dimulai pada awal abad IX . Pada waktu itu hidup seorang tukang perahu miskin bernama Ganga Bhavadia. Pekerjaannya menolong orang yang menyeberangi sungai di daerah Pathri dekat Manmad. Istrinya bernama Dwagiriama. Perempuan ini setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangganya, mengabdikan waktunya untuk memuja Tuhan dalam rupa dewi Parvathi. Sedangkan suaminya memuja Dewa Shiva. Mereka berdua adalah orang yang sangat taat serta berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suami istri i9ni tidak mempunyai anak.
            Pada suatu sore ketika Ganga Bhavadia pulang dari pekerjaannya, ia melihat tanda tanda akan terjadi badai, dan benarlah malam itu terjadi badai besar. Segera ia pergi ke sungai untuk memperkokoh ikatan perahunya serta menjaganya. Istrinya tinggal di rumah sendirian.
            Sementara suaminya tidak berada di rumah, datanglah seorang tua ke rumahnya untuk berlindung dari amukan badai. Orang tua itu memohon kepada Dewagiriama agar diberi makan dan tempat bermalam. Dewagiriama memberinya makan dan mengijinkannya beristirahat di beranda. Beberapa waktu kemudian orang tua itu mengetuk pintu dan mengeluh bahwa ia tidak bisa tidur dan minta kakinya dipijat.
            Sudah barang tentu nyonya rumah terperanjat dengan permintaan tamu asing ini, lebih lebih ia berada seorang diri di rumah. Untuk tidak mengecewakan orang tua itu diam diam ia pergi lewat pintu belakang untuk menemui tetangganya yang berprofesi sebagai tukang pijat. Namun malam itu pertolongan sulit diperoleh. Dengan sangat kecewa ia kembali ke rumah dan berdoa pada dewi Parvathi. Seraya menangis ia memohon pertolonganNya serta mengatasi situasi yang sulit ini. Setelah itu ia mendengar ketukan di pintu belakang, sambil menyeka air matanya ia membuka pintu dan di sana telah berdiri seorang wanita. Wanita ini mengaku bahwa ia suruhan tetangga yang dimintainya bantuan. Dwagiriama amat berlega hati dan dibawanya wanita ini kepada orang tua di beranda dan pintu ditutup dari dalam. Ketika ia hendak tidur terdengar lagi ketukan dari pintu depan.
            Begitu membukakan pintu terpesonalah ia dengan penampakan gaib yang disaksikannya. Dalam keadaan terkesima dan tak dapat berkata apa apa ia bersujud menghormati pasangan mulia yang ada di hadapannya.
            Rupanya Tuhan Yang Maha Esa telah menampakkan Diri dalam wujud Shiva dan Parvathi. Parvathi berkata “Marilah kita bersama memberkati dia” Shiva menjawab bahwa Ia akan memberi anugerah tersendiri. Parvathi memberkatinya dengan dua anak, sementara Shiva mengatakan bahwa Ia sendiri akan menjelma sebagai anak ketiga berupa seorang anak laki.
            Sambil berlinagng air mata ia berusaha melihat kembali kedua pasangan mulia itu, namun keduanya telah lenyap. Dengan perasaan gembira ia menanti kedatangan suaminya untuk menceritakan pengalamannya.
            Ganga Bhavadia baru kembali pada keesokan harinya setelah badai reda dan fajar menyingsing. Cerita istrinya dianggapnya obrolan biasa dari seorang wanita yang ditinggal sendiri di rumah dan sampai saat ini belum memiliki anak.
            Waktu berlalu begitu cepat dan benarlah Dewagiriama telah melahirkan dua anak, dan kini segera akan menyusul anak ketiga. Ganga Bhavadia mulai menyadari bahwa istrinya benar dan ia mulai merasa bersalah. Kini ia mulai bosan dengan pekerjaan sebagai tukang perahu dan berkeinginan meninggalkan kehidupan duniawi dan pergi bertapa. Hal ini justru terjadi pada bulan akhir kehamilan istrinya. Ia bertekad untuk meninggalkan rumah tangganya dan menjadi pertapa.
            Tidak demikian halnya dengan Dewagiriama , ia merasa bahwa semua yang dikatakan dewa Shiva itu benar bahwa anak ketiganya adalah penjelmaan Dewa Shiva sehingga ia tidak perlu meninggalkan rumah tangganya dan mencari Tuhan kemana mana. Ganga Bhavadia mengatakan bahwa ia tidak puas dengan penampakan Tuhan melalui wujud jasmani anak ketiganya, dan berkeinginan melihat sendiri kecemerlanganNya tanpa perantara tubuh manusia. Sesuai aturan Dharma maka bagi istrinya tidak ada pilihan lain selain mengikuti sang suami dan kedua anaknya dititipkan pada ibunya.
            Dalam perjalanan sang istri merasakan tanda tanda akan melahirkan dan dimintanya sang suami untuk menunggu sebentar, tapi Ganga Bhavadia terus berjalan tanpa berhenti . Tetapi sang istri berhenti di bawah pohon beringin untuk siap siap melahirkan. Tak lama kemudian lahirlah seorang putra, maka terpenuhilah penampakan gaib yang diterimanya dulu.
            Lalu dibalutnya bayinya dengan dedaunan dan dibuatkan pula tempat tidur dari dedaunan lalu diikutinya lagi suaminya dalam keadaan tergesa gesa. Apa yang selanjutnya terjadi ?
            Pada hari itu seorang Muslim bernama Patil sedang melakukan perjalanan bersama istrinya pulan dari desa lain. Ketika mereka lewat di bawah pohon beringin, mereka mendengar tangis bayi. Tanpa ragu istrinya mencari arah suara tangis bayi itu dan didapatilah bayi yang baru saja dilahirkan. Dengan tercengang diberitahukanlah hal itu kepada suaminya , dan mereka menengok ke kanan dan  ke kiri untuk mencari ibu si bayi namun sia sia karena sang obu telah lama berlalu.
            Akhirnya mereka bertekad membawa pulang bayi itu karena mereka juga tak mempunyai anak. Mereka menganggap bayi ini sebagai anugerah Allah dan mereka beri nama bayi itu Babu.
            Setelah Babu besar Pak Patil meninggal dunia dan Babu diasuh oleh ibu angkatNya. Menurut pengamatan ibu angkatNya Babu tidak sama dengan anak anak lainnya. Anak ini menunjukkan tanda tanda yang luar biasa dan hal ini membuat ibu angkatNya gelisah. Misalnya ketika anak itu menaruh Linggam di Mesjid untuk dipuja dan sebaliknya melantunkan ayat ayat Al Qur’an di dalam Pura yang dikunjunginya. Demikianlah Babu seakan igin menunjukkan kepada warga desa itu akan makna kesatuan dua agama besar itu.
            Sebaliknya hal ini menimbulkan keresahan pada masyarakat dan berbagai protes ditujukan pada ibu Patil. Karena sang ibu tidak mengetahui keluarga Babu yang sebenarnya maka ia tidak tahu apa yang harus diperbuat terhadap anak itu,
            Pada suatu hari babu atau calon Sai Baba Shirdi memperlihatkan suatu tanda pada istri seorang tuan tanah yang kaya. Pada saat itu Babu sedang bermain kelereng dengan anak tuan tanah itu tetapi semua kelereng dimenangkan oleh Babu. Anak tuan tanah itu teringat bahwa di kamar sembahyangnya terdaoat sebuah saligram (fungsinya sama dengan lingam tetapi bentuknya bulat) yang menyerupai kelereng dan berwarna hitam. Diambilnya saligram tersebut dan dipertaruhkannya demi memenangkan kembali kelerengnya yang telah habis. Tetapi saligram itupun dimenangkan Babu. Akhirnya anak tuan tanah itu merasa bahwa kemenangan Babu karena tipu daya dan dimintanya kembali saligram tadi tapi bukannya mengembalikan tapi Babu malah memasukkannya kedalam mulutNya. Hal ini dilaporkan pada ibunya, dan ibunya meminta kembali benda suci tersebut, tapi babu menolak membuka mulutNya. Mulut Babu akhirnya dibuka paksa, tetapi bukan saligram yang didapat dalam mulutNya melainkan sebuah penampakan kosmik dari tuhan Yang Maha esa Seru Sekalian Alam sebagaimana pernah dilihat Yashoda dalam mulut Krishna. Setelah kejadian ini istri tusn tanah ini bersujud di hadapan Babu. Babu berkata agar istri tuan tanah ini kembali dan mencari saligram itu di dalam kamar sembahyangnya. Ternyata benda itu telah kembali ke tempatnya dengan mengherankan.
            Sejak saat itu istri tuan tanah tadi selalu rutin mengun jungi Babu di rumahnya dan bersujud di hadapanNya. Namun tidak demikian halnya dengan orang desa lainnya , mereka mencemooh kelakuan istri tuan tanah ini sehingga ia menghentiukan kelakuannya. Tetapi dalam hati ia tetap memuja Babu.
            Ibu Patil bingung dengan kelakuan anaknya dan kemudian memtuskan untuk membawa Babu ke Ashram Sadu Venkusa. Sementara itu Sadu Venkusa pada malam sebelumnya bermimpi bahwa Dewa Shiva berkata kepadanya akan menenmuinya besok pagi pulul 10.00.
            Demikianlah benar adanya keesokan harinya Babu dating diantar Bu Patil jam 10.00 pagi dan disambut dengan hangat oleh Sadu Venkusa, karena ia telah tahu bahwa anak itu penjelmaan dewa Shiva.
            Sadu Venkusa sangat menyayangi Babu dan hal ini menimbulkan kecemburuan anak anak lain dan memperlakukan Babu dengan tidak baik. Serombongan anak yang tak suka padaNya mengikuti dari belakang dan menghantamNya dengan batu bata sehingga kening Babu berdarah. Tetapi sebagai penjelmaan Ilahi Babu sedikitpun tak memperlihatkan tanda tanda kesakitan dan malah memperlihatkan batu bata yang penuh darah itu pada Sadu Venkusa. Batu itu dianggap pemberian dan selalu dibawaNya kemana mana dan batu ini pulalah yang akan menemaninya kelak di Mesjid Shirdi. Beliau menggunakannya sebagai bantal atau sandaran waktu tidur.
            Keberadaan Sai Baba semasa hidupNya di Shirdi dengan segala ajaranNya telah dicatat oleh pelbagai ahli baik dari India sendiri maupun dari Barat. Pernah suatu saat Beliau berkata pada seorang pengikutNya Kaka Saheb Dixit bahwa Ia akan kembali setelah delapan tahun setelah kematianNya.
            Pada tahun 1917 setahun sebelum Beliau wafat , Ia telah memberi jawaban yang mengandung ramalan pada seorang perempuan pengikutnNya. Perempuan ini telah kekehilangan empat anaknya. Ia memohon izin Shirdi Baba agar bisa mengabdi padaNya. Ia memperoleh jawaban sebagi berikut :
“ Tidak sekarang, tapi nanti setelah Aku datang kembali di Andhra (Andhra Pradesh) maka engkau akan bertemu denganKu dan tinggal bersamaKu.” Ramalan ini terbukti benar bahwa ibu ini kemudian tinggal di Prashanti Nilayam, Ashram Sathya Sai Baba yang sekarang.
            Suatu hari di bulan Oktober 1918 ketika Shirdi Sai Baba tidak sedang berada di Mesjid,  seorang anak muda menyapu lantai Mesjid dan ketika hendak membersihkan tempat di mana batu bata Shirdi Sai Baba terletak, secara tidak sengaja batu bata itu terlepas dari genggamannya dan pecah menjadi dua.
            Ketika Beliau datang dan melihat kejadian ini, Beliau berkata ; “Bukan batu bata yang pecah tapi nasibku yang hancur. Teman sepanjang hidupku (badan) telah hancur. Teman sepanjang hidupKu meninggalkan Daku hari ini, dengan batu bata itulah Aku bermeditasi.”
            Demikianlah siang itu pukul 14.30 tanggal 15 Oktober 1918 tepat pada hari raya Vijaya Dasami ( Kemenangan Dharma melawan Adharma) Shirdi Sai Baba meninggalkan ragaNya.



SHIRDI SAI BABA SEMASA HIDUPNYA

Minggu, 27 Mei 2012

KATA-KATA MUTIARA SHRI SATHYA SAI BABA

1. Tuhan adalah Kasih Sayang, hiduplah dalam kasih sayang
2. Bekerja adalah memuja, kewajiban adalah Tuhan
3. Kebaktian harus diuji dengan disiplin yang berat, ia harus diarahkan sepanjang garis kewajiban
4. Pendidikan tanpa budi pekerti, pengetahuan tanpa perikemanusiaan, perdagangan tanpa moral, semua itu
    percuma dan berbahaya
5. Ada 4 F yang harus kau ikuti : Folow the Master (Ikutlah Guru, berarti melaksanakan Dharma), Face the
    Devil (Hadapilah Setan berarti mengatasi godaan berupa keinginan untuk memperoleh harta kekayaan
     agar hidup dalam kemewahan), Fight till the end ( berjuanglah hingga akhir, berarti berjuang terus
     memerangi  kama dan nafsu), Finish the Goal (akhiri dengan tujuan, berarti jangan bewrhenti sebelum
     tujuan atau  moksha atau kebebasan kekal dari kegelapan batin dan penipuan tercapai
6. Semua orang mengatakan "saya ingin damai" damai itu seperti surat dalam amplop, kata 'saya' dari "saya
     ingin damai adalah bagian muka amplop, "ingin" adalah sisi belakangnya, kata "damai" itu adalah surat di
     dalamnya. Lemparkan jauh-jauh amplop dengan "saya" dan "ingin" lalu simpanlah surat "damai" yang
      berharga itu.
7. Sebab utama kenaikan harga barang-barang adalah merosotnya harga manusia. Manusia harus sadar 
     akan
     harga dirinya yang tak ternilai itu, janganlah menganggap dirinya sedemikian murahseperti mur atau baut,
     bahwa ia tidak memiliki tujuan yang lebih tinggi dalam kehidupan ini. Haruslah disadari bahwa ia adalah
     Atma yang tak bisa mati, yang tak terkalahkan, dan bagi Atma badan hanyalah kendaraan saja.
8. Manusia harus memuja Tuhan dalam bentuk sesama manusia, Tuhan muncul di hadapannya sebagai
    pengemis buta, orang dungu, orang kusta, orang tua yang tak berdaya, orang kriminil atau orang gila.
    Engkau harus melihat di balik selubung ini. Penjelmaan kasih, kekuatan dan kebijakan yaitu Sai, pujalah
    Dia melalui pelayanan atau seva
9. Hanya Dharmalah kekuatan sejati. Kebenaran adalah kekuatan dasar yang sesungguhnya dan bukan
     kekuatan senjata
10. Agama berbeda-beda tapi tujuannya sama, sebagaimana sapi-sapi yang beraneka warna tapi air susunya
      sama, perhiasan memiliki bentuk yang berbeda-beda tapi emasnya sama
11. Singkirkan batasan keakuan, barulah engkau akan menyadari betapa luasnya dirimu
12. Tugasku adalah pembaharuan spiritual umat manusiamelalui kebenaran dan kasih sayang. Aku telah
      datang untuk menunjukkan kepadamu bagaimana hidup bermanfaat dan mati dengan keuntungan batin.
      Bila engkau mendekati Aku selangkah Aku akan maju tiga langkah mendekatimu.

Minggu, 20 Mei 2012

ARATHI - PRAYER

"Aa-rathi" is a Sanskrit word meaning "The Close". "Aa-rathi" is the prayer song sung at the close of each Bhajan session. The "Aa-rathi" at the close of Sai Bhajans is really of profound significance. The camphor flame has itself has been endowed by Bhagavan with the value and validity of a grand prayer, the culmination of the hour-long yearning of all devoted hearts. Bhagavan says, "While it is being waved pray - O Lord! Make the allotted span of my life as pure, as fragrant and as transparent as camphor; let it consume itself in the fire, scattering light and the warmth of love to all around me and at the end of it all, let there be nothing left of me (as the camphor leaves no ashes or residue) to render me liable to another sojourn amidst pleasure and pain.". This is the prayer with which every session of homage to to Sai can appropriately close.

  1. Om Jaya Jagadheesa Harey
    Swami Sathya Sai Harey
    Bhaktha Jana Samrakshaka
    Bhaktha Jana Samrakshaka
    Parthi Maheshwara
    Om Jaya Jagadheesa Harey

    Victory to Lord of Universe, Lord Sathya Sai, Who destroys grief, evil and miseries of life and Who guards and protects devotees. Victory to Lord of Lords - Lord of Parthi
  2. Sashi Vadhana Sree Karaa Sarva Praana Pathey,
    Swami Sarva Praana Pathey
    Aasritha Kalpa Latheeka
    Aasritha Kalpa Latheeka
    Aapadh Baandhavaa
    Om Jaya Jagadheesa Harey

    O Graceful and Charming as a Full Moon ! O Auspicious One ! O Lord Sai! Thou art the Indweller and life-force of all Beings; the wish- fulfilling Divine creeper to those who have surrendered to Thee; and kinsman, protector and friend in times of distress and calamities. Victory to Lord of Universe.
  3. Maatha Pitha Guru Dhaivamu Mari Anthayu Neevey
    Swami Mari Anthayu Neevey
    Naadha Brahma Jagan Naatha
    Naadha Brahma Jagan Naatha
    Naagendra Shayanaa
    Om Jaya Jagadheesa Harey

    O Lord Sai! Thou art Mother, Father, Noble Teacher, Supreme Divinity and everything to us. O Lord Universe! Thou art Primeval Sound and art reclined on coiled serpent.
  4. Omkaara Roopa Ojaswi Om Saayi Mahadeva
    Sathya Saayi Mahadeva
    Mangala Aarathi Anduko
    Mangala Aarathi Anduko
    Mandhara Giridhari
    Om Jaya Jagadheesa Harey

    O Splendorous One ! O Lord of Lords - Lord Sai ! Thou Form is Pranava. We pray Thee to accept the auspicious waving of flame of light (signifying the removal of ignorance). Victory to Thee, O Lord of Universe, Resident of Mandhar mountain - Lord Giridhari.
    [Sing the following three times, each time at a faster pace than the previous one]
  5. Narayana Narayana Om
    Sathya Narayana Narayana Narayana Om
    Narayana Narayana Om
    Sathya Narayana Narayana Om
    Sathya Narayana Narayana Om
    Om Jai Sad Guru Devaa

    Chant the name of Lord Sathya Sai Narayana, Whose Form is Pranava. Victory to Noble Teacher and Supreme Lord Sai, Sathya Sai.

Fore Prayers

OM gana nam tvam ganapati gum hava mahe
Kavim kavina upamastra vastamam
Jyesta rajam brahmanam
Brahmanas pata ana
Srunvan no te bishi dasadanam
OM maha gana pataye namaha
Sri Gurubhyo namaha
Hare hi OM
 


Vakratunda maha kayya
Surya kotti samaprabha
Nirvignam kuru me dewa
Sarva karyesu sarvada

            Ya kundedu tushaara hara dhavala
            Ya subhra vastra vretta
            Ya veena vara danda manditakara
            Ya sveta padmasana

Ya brahma, acyutta, sangkara, prabrithibhih
Devai sada vandita
Saa maam patu sarasvati, bhagavati
Nishesha jyadia pa ha

            Gurur brahma, gurur Vishnu
            Gurur devo mahesvara
            Gurur  sakshat parambrahma
            Tasmahe shri gurave namaha

OM sarve vai sukhino shantu
Sarve shantu niramaya
Sarve badhrani pashantu
Makascit dukhmaya

OM Santhih santhih santhih

Asato ma sad ga ma ya
Ta ma so ma
Jyotir ga ma ya
Mrityur ma
Amrtam ga ma ya

OM Santhih santhih santhih


(from unreal to be the real
From darkness to the light
From the death to the immortal)

Peace..peace…peace
 

Shri Bhagavan Sathya Sai Baba Astothara Sata Ratnamala

1
Om shri
bhagavan sathya  sai baba ya namaha
2
Om shri
Sathya swarupa ya namaha
3
Om shri
Sathya dharma parayana ya namaha
4
Om shri
Varada ya namaha
5
Om shri
Sat purusha ya namaha
6
Om shri
Sathya gunatmane  namaha
7
Om shri
Sadhu vardana ya namaha
8
Om shri
Sadhu jana poshana ya namaha
9
Om shri
Sarvagna ya namaha
10
Om shri
Sarva jana priya ya namaha
11
Om shri
Sarva shakti murtaye  namaha
12
Om shri
Sarvesa ya namaha
13
Om shri
Sarva sangga parityagine  namaha
14
Om shri
Sarva antaryamine  namaha
15
Om shri
Mahimatmane  namaha
16
Om shri
Mahesvara svarupa ya namaha
17
Om shri
Parthi gramodbhava  ya namaha
18
Om shri
Parthi ksethra nivasine  namaha
19
Om shri
Yasahkaya shirdi vasine  namaha
20
Om shri
Jodi adi palli somappa ya namaha
21
Om shri
Bharadvaja rshi gotra ya namaha
22
Om shri
Bhakta vatsala  ya namaha
23
Om shri
Apantaratmane  namaha
24
Om shri
Avatara murtaye namaha
25
Om shri
Sarva bhaya nivarine  namaha
26
Om shri
Apastambha sutra ya namaha
27
Om shri
Abhaya prada ya namaha
28
Om shri
Ratnakara vamsodhgava ya namaha
29
Om shri
Shirdi sai abheda shaktyavatara ya namaha
30
Om shri
Shangkara  ya namaha
31
Om shri
Shirdi sai murtaye  namaha
32
Om shri
Dvarakamayi vasine  namaha
33
Om shri
Chittravati tata puttaparthi viharine  namaha
34
Om shri
Shakti prada ya namaha
35
Om shri
Sharanagata trana ya namaha
36
Om shri
Ananda ya namaha
37
Om shri
Ananda da ya namaha
38
Om shri
Artatrana parayana ya namaha
39
Om shri
Anantha natha ya namaha
40
Om shri
Asahaya sahaya ya namaha
41
Om shri
Loka bhandava ya namaha
42
Om shri
Lokaraksha parayana ya namaha
43
Om shri
Lokanatha ya namaha
44
Om shri
Dina jana poshana ya namaha
45
Om shri
Mukti traya svarupa ya namaha
46
Om shri
Mukti prada ya namaha
47
Om shri
Kalusha vidura ya namaha
48
Om shri
Kuruna kara ya namaha
49
Om shri
Sarva dhara ya namaha
50
Om shri
Sarva hrdayasine  namaha
51
Om shri
Sarva punya phala prada ya namaha
52
Om shri
Sarva papa kshaya kara ya namaha
53
Om shri
Sarva roga nivarine  namaha
54
Om shri
Sarva badha hara ya namaha
55
Om shri
Ananta nuta kartarna  namaha
56
Om shri
Adi purusha ya namaha
57
Om shri
Adi shaktaye  namaha
58
Om shri
Aparupa shaktine  namaha
59
Om shri
Avyakta rupine  namaha
60
Om shri
Kamakrodha dvamsine  namaha
61
Om shri
Kanakambhara charine  namaha
62
Om shri
Adbhuta charya ya namaha
63
Om shri
Apad bhandava ya namaha
64
Om shri
Prematmane  namaha
65
Om shri
Prema murtaye  namaha
66
Om shri
Prema prada ya namaha
67
Om shri
Priya ya namaha
68
Om shri
Bhakta priya ya namaha
69
Om shri
Bhakta mandara  ya namaha
70
Om shri
Bhakta jana hrdaya vihara ya namaha
71
Om shri
Bhakta jana hrdaya laya ya namaha
72
Om shri
Bhakta paradina ya namaha
73
Om shri
Bhakti jnana pradipa ya namaha
74
Om shri
Bhakti jnana prada ya namaha
75
Om shri
Sujnana marga darshaka ya namaha
76
Om shri
Jnana svarupa  namaha
77
Om shri
Gita bodhaka ya namaha
78
Om shri
Jnana sidhi da ya namaha
79
Om shri
Sundara rupa ya namaha
80
Om shri
Punya purusha ya namaha
81
Om shri
Phala prada ya namaha
82
Om shri
Purushottama ya namaha
83
Om shri
Purana purusha ya namaha
84
Om shri
Attita ya namaha
85
Om shri
Kalattita ya namaha
86
Om shri
Sidhi rupa ya namaha
87
Om shri
Sidha sankalpa ya namaha
88
Om shri
Arogya prada ya namaha
89
Om shri
Anna vastrada ya namaha
90
Om shri
Samshara dukha kshaya kara ya namaha
91
Om shri
Sarva bhista prada ya namaha
92
Om shri
Kalyana guna ya namaha
93
Om shri
Karma dvamsine  namaha
94
Om shri
Sadhu manash sobhitta ya namaha
95
Om shri
Sarva matta sammatta ya namaha
96
Om shri
Sadhu manash parishodaka ya namaha
97
Om shri
Sadhaka nugraha vatvriksha pratisthapaka ya namaha
98
Om shri
Sakala samshaya hara ya namaha
99
Om shri
Sakala tattwa bodhaka ya namaha
100
Om shri
Yogisvara ya namaha
101
Om shri
Yogindra vandita ya namaha
102
Om shri
Sarva manggala kara ya namaha
103
Om shri
Sarva siddhi prada ya namaha
104
Om shri
Apannivarine  namaha
105
Om shri
Arthi hara ya namaha
106
Om shri
Shanta murtaye  namaha
107
Om shri
Sulabha prasanna ya namaha
108
Om shri
Bhagavan shri sathya sai baba ya namaha

OM bhur bhuvah svaha                                             OM Gurur Brahma, gurur Vishnu
Tat savitur varenyam                                                 Gurur Devo Mahesvara
Bhargo devasya dhimahi                                            Gurur Sakshat Parambrahma
Dhiyo yo nah pracodayat   3 x                                    Tasmahe Shri Gurave Namah

OM santhih santhih santhih