TENTANG SAI STUDY GROUP
Pernyataan :
JIKA BANYAK UMAT HINDU YANG MENGIKUTI KELOMPOK SAI BABA DAN TIDAK MAKAN DAGING, LALU SIAPA YANG AKAN
MELESTARIKAN BUDAYA BALI? BUKANKAH TINDAKAN MENGALIHKAN KEYAKINAN SESEORANG
YANG TELAH MEMILIKI AGAMA ITU TIDAK BISA DIBENARKAN
Tanggapan :
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. bahwa kehadiran Bhagavan Sri
Sathya Sai Baba bukanlah untuk mendirikan agama atau keyakinan baru bukan pula
untuk merusak tatanan tradisi yang sudah baik (yang sesuai dengan isi kitab
suci). Sebaliknya beliau hadir untuk mengukuhkan kembali keyakinan
masing-masing orang akan agama dan keyakinan yang telah dianutnya. Sehingga
seseorang hindu ketika telah mengenal falsafah Sai akan menjadi hindu yang
lebih baik, seorang Kristen akan menjadi kristiani yang lebih baik, demikian
pula dengan penganut keyakinan lainnya. Sehubungan dengan kegiatan keagamaan di
Bali yang hampir sebagian besar menyertakan proses himsa karma (Pembunuhan
hewan) sebagai rangkaian upacara, kebijakan para bhakta dituntut dalam
menyikapi hal ini. Selama masyarakat belum menyadari arti sebenarnya dari
kegiatan yang mereka simbulkan lewat prosesi itu sebaiknya sadhaka tidak
menentang arus namun bukan berarti membiarkan diri digulung dalam arus sehingga
kehilangan identitas diri. Silahkan berenang dalam tradisi tetapi jangan
sampai tradisi menenggelamkan kita. Kelompok Sai Study Group bukanlah
kelompok belajar yang ingin meninggalkan budaya Bali. Beberapa budaya lokal
yang memang masih relevan dan sesuai dengan ujar-ujar Veda sebagai kitab hukum tertinggi
hindu, tentu masih dipelihara dan dijaga, namun beberapa tradisi kegiatan
keagamaan yang rujukannya belum pasti dan hanya mengacu kepada sumber hukum
dibawah Sruti dan Smrti, serta kurang relevan dengan jaman, tentu akan dikaji
ulang sebab bagaimanapun semua yang ada di bhumi ini tidak terlepas dari proses
Trikona yakni sesuatu diciptakan, Ia terpelihara, dan akhirnya harus dileburkan
kembali.
Budaya Bali yang begitu adiluhung seperti Gamelan, tari-tarian, dan seni
ukirnya yang tak pernah bisa dibandingkan dengan budaya lain di dunia, adalah
kebanggaan khusus yang harus terus dijaga dan dipelihara. Demikian pula dengan
alamnya yang indah yang menjadikan pulau ini disanjung sebagai Sorga terakhir
(Last paradise) seharusnya tetap menjadikan kebanggaan besar bagi semua jiwa
yang terlahir di tanah balidwipa ini. Namun beberapa kebiasaan masyarakat
di beberapa tempat yang kadang mencoreng citra Bali di mata dunia seperti
istilah Manak Salah (kembar buncing), feodalisme Kasta, ataupun sanksi adat
yang menzolimi masyarakatnya sendiri, seyogyanya ditinjau kembali kelayakannya,
dicari tahu sejarah dan latar belakang pembuatannya sehingga generasi
penerusnya tidak terkesan menjadi korban masa lalu karena menerima warisan yang
kaku dengan harga mati tanpa boleh melakukan pengkajian ulang, padahal adat
adalah kebiasaan yang berlaku dan disepakati untuk digunakan oleh seluruh
masyarakat pada waktu dan tempat tertentu saja.
Perlu digaris bawahi disini bahwa
kelompok Study Sathya Sai memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari
yang lain, yakni :
- SSG bukan Organisasi agama, SSG adalah organisasi yang bersifat sosial spiritual, pengertian sederhananya adalah bahwa organisasi ini mengajak seluruh bhaktanya untuk mengikuti aktivitas pelayanan di berbagai kesempatan dengan dijiwai oleh spiritual atau organisasi ini berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan spiritualitas melalui kegiatan pelayanan.
- SSG bukan agen atau lembaga Misionaris artinya adalah bahwa organisasi ini didirikan bukan untuk mencari pengikut sebanyak-banyaknya. SSG bukan Multi Level Marketing yang menjanjikan bonus sorga jika pengikutnya bisa menginvasi orang lain ke dalam kelompok. SSG menanamkan prinsip kepada semua pengikutnya bahwa seseorang berkesempatan ikut atau tidak di jalan Sai, bukan menjadi urusan para bhakta. Itu adalah urusan Bhagavan (akan lebih berkaitan dengan aspek Karma) sebab jika Bhagavan berkehendak, beliau bisa datang lewat mimpinya lalu mengarahkannya ke organisasi ini. Kehendak beliau selalu terjadi walaupun tanpa keikut sertaan para bhaktanya.
- SSG bukan lembaga donasi, artinya organisasi ini tidak memungut iuran sepeserpun dari mereka yang mau bergabung sebagai persyaratan administrasi. Semua dana yang terkumpul untuk menjalankan organisasi dan segala kegiatannya, lebih banyak datang dari mereka yang telah terketuk hatinya karena kasih dan pelayanan yang dilakukan organisasi. Semua terjadi karena kehendak Bhagavan
- SSG bukan lembaga agama, Organisasi Sai adalah gerakan spiritualitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan keuniversalan semua agama secara seimbang. Organisasi tidak mengajarkan tentang agama tetapi mempraktekkan spiritualitas sebagai intisari dari semua agama.
- SSG bukan aliran atau Sampradaya, artinya bahwa organisasi ini tidak mengkultuskan pemujaan kepada satu wujud Tuhan saja.(tidak ada ista dewata tertentu) dan tidak ada garis perguruan. Hubungan para bhakta langsung kepada Bhagavan tanpa perantara guru lainnya. Bhagavan adalah satu-satunya Sad Guru dalam organisasi.
- SSG bukan agen pembaharu sosial, artinya bahwa lewat organisasi ini, Bhagavan Sri Sathya Sai Baba ingin menekankan pada perbaikan kwalitas diri guna menginspirasi perubahan sosial kemasyarakatan ke arah yang lebih baik dan murni.


